Kedatangan Investor, Taman Satwa Taru Jurug Akan Bersolek Diri

457

Soloevent.id – Kebun binatang Jurug yang mempunyai nama resmi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) akan bersolek diri. Objek wisata yang terletak di pinggiran Sungai Bengawan Solo ini kedatangan investor baru yang sangat bonafide. Mereka akan menanamkan investasi dengan jumlah yang tidak sedikit, senilai Rp20 miliar.

Sebelumnya Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka tidak mau berterus terang tentang siapa yang menjadi investor tersebut. Namun belakangan ini akhirnya Gibran telah mengaku bahwa Hans Manansang yang akan menjadi investor. Pria ini tidak lain merupakan pemilik dan Deputi Direktur Taman Safari Indonesia.

Desain awal

Dalam sebuah pesan yang dipublikasikan melalui grup WA awak media Solo, Gibran juga telah memperlihatkan desain awal program revitalisasi TSTS. Di desain tersebut terdapat panggung pendidikan satwa TSTJ yang berada di tengah rimbunnya berbagai pepohonan besar.

Terlihat pula puluhan pelancong sedang duduk santai di area tribun yang bentuknya berupa struktur dari batu. Panggung pendidikan terletak di bagian depan dan di tempat ini ada petugas yang memberi penjelasan tentang satwa. Sementara itu di sekeliling panggung ada kolam yang ukurannya kecil saja namun airnya terlihat sangat jernih.

Tahap-Tahap Pengembangan

Pada hari Selasa kemaren Hans telah mengadakan pertemuan bersama Gibran di Loji Gandrung. Sebagaimana rilis dari Solopos, usai pertemuan tersebut Hans mengatakan jika tujuan utama dari revitalisasi TSTJ adalah untuk memberi pengalaman yang lebih istimewa bagi wisatawan.

Nantinya para pelancong tidak hanya sekedar melihat-lihat koleksi binatang saja, tapi juga dapat merasakan bagaimana kehidupan hewan tersebut dalam habitat yang asli. Jadi akan ada nilai-nilai pendidikan misalnya mengenal satwa di alam terbuka, tidak lagi di dalam kandang.

Selain itu Hans juga mengungkapkan bila nilai investasi sebesar Rp20 miliar tersebut hanya merupakan investasi awal saja. Sehingga ada kemungkinan bertambah, sesuai tahap pengembangan. Khusus untuk tahap pertama, sasarannya yaitu area pintu masuk kebun binatang hingga seputaran danau.

Sedangkan tahap kedua adalah lanjutan tahap pertama. Misalnya perbaikan kandang yang akan membuat TSTJ punya konsep penataan yang mirip dengan Taman Safari. Semua satwa bebas berkeliaran, akan tetapi tidak ada sentuhan dengan pengunjung.

Selanjutnya terdapat pembagian zona pendidikan dan konservasi. Masing-masing dari zona ini bisa menceritakan bagaimana suatu satwa menjalani kehidupan dalam habitat asli. Penggunaan jeruji akan dihilangkan namun pengunjung tetap dapat berjalan kaki.

Kemudian terkait dengan konservasi, pihak investor akan mengasih dorongan penuh kepada upaya-upaya pengembangbiakan hewan. Misalnya untuk dua ekor gajah yang ada di TSTJ, akan dicarikan gajah jantan sehingga mampu melahirkan satwa baru.

Selain itu jenis koleksinya juga akan ditambah, khususnya hewan-hewan endemik di Indonesia dan Asia. Dalam hal ini Hans sangat meyakini TSTJ mampu menjadi pusat konservasi dan wisata pendidikan. Sehingga mereka yang datang ke destinasi tersebut akan semakin mencintai binatang, khususnya binatang asli Indonesia.