Karena Akustik Adalah Hidup

2454
KARENA AKUSTIK ADALAH HIDUP-post

KARENA AKUSTIK ADALAH HIDUP-post

“…Kini aku ‘kan jalani hari meski tanpamu di sisiku lagi…”

Penggalan lirik di atas merupakan lagu dari Harmoni Amourest (HA) berjudul “Lagu Senja”. HA yang menjadi guest star, menempatkan lagu tersebut di-list terakhir mereka, sekaligus menutup penampilan kelima peserta yang telah bertarung senandung dalam acara bertajuk Mycoustic Fest, Minggu, 15 Juni 2014, bertempat di Bale Rasa, Palur. Acara tersebut diselenggarakan oleh Kelompok Bandul Nusantara Karanganyar.

“Ini adalah salah satu kegiatan yang diadakan Divisi Musik dari Kelompok Bandul Nusantara. Jadi kali ini kami mengadakan semacam festival musik akustik,” jelas Irawan Wijayanto, Ketua Divisi Musik Kelompok Bandul Nusantara, yang juga didapuk sebagai juri dalam festival tersebut.

Mycoustic Fest diselenggarakan dalam rangka menginventaris (baca: memberikan wadah untuk menunjukkan karya) musisi-musisi yang memang concern di akustik, di wilayah Soloraya ini. Perkembangan musik akustik yang ditandai dengan semakin banyaknya band-band akustik, ditambah pula dengan kegemaran anak muda sekarang yang lebih senang memilih jalur akustik dalam bermusik, adalah alasan lain diselenggarakannya acara tersebut.

“Saat ini perkembangan band akustik semakin subur. Karena memang untuk bentuk akustik ini lebih luwes, lebih simpel, bisa dibawa ke mana-mana. Ditempa dengan sound system terbatas, bisa. Ditempa dengan sound system yang bagus pun bisa; luwes. Dan belakangan ini makin banyak anak-anak muda yang suka akustikan, entah main di kafe, di kampus-kampus; saat ini geliatnya semakin banyak. Lha kami mencoba menangkap itu,” ujar Irawan. Mengambil tema “My music, my life”, mereka ingin mencari peserta yang bisa mengeluarkan soul-nya ketika memainkan akustik.

Ada lima peserta yang mengikuti acara tersebut. Mereka adalah 2 Listen (Sukoharjo), Oarfish (Karanganyar), History (Karanganyar), Soklay Akustik (Karanganyar), dan Opsi (Solo). Bertindak sebagai juri yaitu Irawan Wijayanto dan Gunawan (seorang praktisi musik dari Karanganyar). Dalam penjuriannya, dewan juri menilai dari tiga hal: harmonisasi, aransemen dan kreatifitas, serta performance. Ada tiga lagu yang harus peserta bawakan: satu lagu wajib dan dua lagu bebas. Lagu wajib tersebut merupakan lagu yang harus dibawakan dan diaransemen ulang. Ketiganya yaitu: “Nirwana” (Gigi), “Kangen” (Dewa 19), dan “Jauh” (Cokelat).

Kelima peserta cukup manis dalam membawakan lagu-lagu mereka. Namun ada satu peserta yang cukup menarik perhatian karena berhasil membungkus set list mereka secara matang, rapi, sekaligus catchy. Adalah Opsi dari Solo yang dengan indah mengaransemen “Bengawan Solo”, “Pupus”, dan “Lima Langkah dari Rumah” dengan pendekatan semi country, folk, jazz, groove, serta funk. Maka tak salah pula jika mereka diganjar juara pertama oleh dewan juri dengan poin 267,75.

Walaupun juara sudah diumumkan, tapi acara Mycoustic Fest tidak berhenti di situ saja. Akan ada tindakan lanjutan dari acara tersebut. Seperti yang dijelaskan Irawan, “Di Pendhapa Bale Rasa ini, rencana kami dari Kelompok Bandul Nusantara akan membuat semacam komunitas. Jadi komunitas temen-temen musik indie yang ada di Karanganyar, Solo, dan sekitarnya. Secara berkala, sebulan sekali, sebagai follow-up dari acara ini, peserta akan kami persilakan untuk pentas di sini. Mungkin membawakan lagu-lagu mereka sendiri, mempresentasikannya. Jadi tidak hanya berhenti di lomba ini.”