Jelang Gerhana Matahari Total Balai Soedjatmoko Siapkan Ritual

888
JELANG GERHANA MATAHARI TOTAL BALAI SOEDJATMOKO SIAPKAN RITUAL

JELANG GERHANA MATAHARI TOTAL BALAI SOEDJATMOKO SIAPKAN RITUAL

Soloevent.id  –  Menyambut datangnya gerhana matahari total yang berlangsung Rabu (9/3/2016) mendatang, Bentara Budaya Balai Soedjatmoko Solo bakal menggelar sebuah agenda budaya bertajuk Kala Hayu: Perkawinan Alam Raya pada Minggu (6/3/2016) pagi.

Acara akan digarap meriah dengan melibatkan delapan komunitas/kelompok budaya. Di antaranya Kelompok Nini Thowong dan Loro Blonyo dari Blok Ombo, Desa Plesungan, Kabupaten Karanganyar; Komunitas Tari Topeng Ireng Kridho Mudho dari lereng Gunung Merbabu; Padepokan keris Brajabuwana; Komunitas Anak Bawang,; dan lain-lain.

Kala Hayu: Perkawinan Alam Raya bakalan dimulai dengan prosesi kirab dari Loji Gandrung hingga Balai Soedjatmoko pada jam 07.00 WIB. Prosesi awal ini diikuti oleh delapan kelompok yang ditulis di atas. Sesampainya di komplek Balai Soedjatmoko, rombongan akan melangsungkan ritual “Kala Hayu Surya Sembah”, yang dilakukan dengan beragam ritus, seperti ritual pembuatan keris Kiai Singkir Plastik oleh Ki Daliman dari Besalen Meteor Putih, Mojosongo; pertunjukan Wayang Tandur oleh Agus Bima Prayitna (Klaten); pertunjukan tari ritual oleh Suprapto Suryodarmo dkk.; dan sebagainya.

Sebagai bentuk ungkapan syukur dan optimisme masyarakat dalam menyambut gerhana matahari total, usai ritual “Kala Hayu Surya Sembah” bakal dilangsungkan upacara selamatan tumpeng nasi kuning. Isian tumpeng merupakan persembahan para pedagang pasar tradisional Kota Solo.

Setelah didoakan, tumpeng dan nasi bancakan – yang ditanak dalam ritual “Adang Ageng” di tengah Jalan Slamet Riyadi – bakal dibagikan kepada pengunjung car free day. Prosesi ini disebut sebagai Kembul Bujana. “Ini merupakan manifestasi suka cita masyarakat dalam menyongsong gerhana matahari total,” kata Pengelola Bentara Budaya Balai Soedjatmoko Solo, Yunanto Sutyastomo, dalam siaran persnya. Ia melanjutkan, di akhir prosesi, para peserta bakalan membagi Rajah Kala Hayu kepada masyarakat.

Budayawan Kota Solo, Suprapto Suryodarmo, mengajak masyarakat untuk merespon positif fenomena gerhana matahari total, bukan dengan ketakutan. “Pertemuan antara matahari, bumi, dan bulan dalam satu garis lurus membuat cahaya matahari terhalang oleh bulan, adalah perkawinan alam raya yang langka. Masyarakat Indonesia hendaknya menyambut dengan suka cita,” tuturnya.

Mbah Prapto, sapaannya, melanjutkan, peristiwa tersebut menimbulkan optimisme dan harapan baik bagi kehidupan. “Makanya disebut dengan Kala Hayu, sebuah momentum yang ayu, indah, dan memberi harapan baik,” sambungnya.

Gerhana matahari total yang bakalan berlangsung 9 Maret mendatang merupakan fenomena alam langka, sebab hanya berlangsung selama 375 tahun sekali.