Ingin Fokus Mengurus Mangkunegaran, Bhre Cakrahutomo Tinggal di Solo

491

Soloevent.id – Usai diangkat sebagai Kanjeng Gusti Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro X, Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwa memutuskan menetap di Solo. Putra bungsu mendiang KGPAA Mangkunagara IX ini ingin fokus terhadap tugas barunya sebagai pemimpin di Pura Mangkunegaran.

Pengukuhan Bhre Cakrahutomo sebagai KGPAA Mangkunagoro X telah berlangsung pada Sabtu, 12 Maret 2022 lalu di Pendapa Pura Mangkunegaran. Acara adat bernama jumenengan tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan semua raja dari Dinasti Mataram Islam.

Sebelumnya Bhre, lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia lebih sering tinggal di Jakarta. Tetapi agar bisa terjun langsung dan lebih serius dalam mengemban tanggung jawab dalam mengurus Pura Mangkunegaran, raja muda ini memilih tinggal di lingkungan istana.

Dalam wawancaranya dengan Solopos, pemuda kelahiran 29 Maret 1997 ini mengaku masih mempunyai energi yang mencukupi untuk melakukan berbagai pekerjaan. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh Pura Mangkunegaran.

Tugas Pertama

Paska pelantikan, Bhre mulai melaksanakan tugas-tugas adat di Pura Mangkunegaran. Misalnya pada Kamis 17 Maret 2022 kemaren, pria berkacamata ini memimpin acara Wilujengan Ruwahan sekaligus peringatan hari Jadi ke-265 Pura Mangkunegaran.

Isinya berupa pembacaan doa secara Islam dan tradisional Jawa untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan. Ritual tersebut biasanya akan disusul dengan agenda lain yaitu ziarah ke makam raja-raja Mangkunegaran di Astana Girilayu Karanganyar dan makam leluhur lainnya.

Program Prioritas

Terkait dengan posisinya sebagai pemimpin dan raja baru, Bhre mengaku sudah menyiapkan beberapa program prioritas. Menurutnya, Pura Mangkunegaran memiliki lembaga-lembaga dan masing-masing punya peran yang berbeda-beda.

Salah satunya Reksa Pustaka dengan tugas utama melakukan konservasi, pengawetan, perlindungan, dan pemeliharaan arsip dan manuskrip kuno. Lalu ada lembaga Langen Praja yang mengurus adat istiadat, tari dan seni teater tradisional, dan keprotokolan.

Bhre berpendapat jika digitalisasi merupakan suatu upaya terbaik untuk melestarikan semua peninggalan leluhur Mangkunegaran. Terlebih lembaga tersebut menyimpan banyak sekali informasi dan naskah yang berhubungan erat dengan budaya dan adat Mangkunegaran.

Melalui digitalisasi, diharapkan semua dokumen tersebut bisa terjaga dengan baik dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang tak pernah terputus. Selain itu dia ingin agar langkah ini juga diberlakukan terhadap adat, tarian dan peninggalan kuno lain milik Pura Mangkunegaran.

Kemudian untuk program selanjutnya, Bhre sudah merencanakan mengadakan proses regenerasi dan tentunya akan melibatkan anak muda. Sehingga nantinya generasi tua bisa menularkan ilmu dan pengetahuan mereka kepada para penerus. Jika semua dapat berjalan lancar, maka upaya pelestarian budaya juga tidak akan terhambat.

Pada sisi yang lain Bhre juga memberi suatu peringatan penting. Pelaksanaan program tersebut harus tetap berpedoman pada adat, akar, paugeran atau aturan, dan nilai-nilai kebudayaan di Mangkunegaran. Sehingga keasliannya juga dapat terjaga dengan baik.