IIMF Hadirkan Cara Baru Nikmati Tari Topeng Panji

804

IIMF HADIRKAN CARA BARU NIKMATI TARI TOPENG PANJI-post

“Satus, seket, satus, seket, buka sitik jos! Asolole!”

Begitulah senggakan yang diteriakkan oleh para pemusik yang mengiringi 25-an penari kuda lumping Semarak Candra Kirana Art Center. Seiring bunyi sompret yang meliuk-liuk, kendang yang ditabuh bertalu-talu, para penari tadi bergoyang-goyang sembari mengeluarkan pecut (cemeti). Mereka kemudian turun panggung, untuk menyambut pasukan Red Batik yang mengenakan kostum dari bambu. Setelahya, mereka berlenggak-lenggok bersama.

Cuplikan di atas merupakan upacara pembuka dari Indonesia International Mask Festival (IIMF). Festival perdana garapan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini dibuka pada Minggu (14/9/2014), dan akan dilangsungkan hingga hari Senin (15/9/2014). Selama dua hari penyelenggaraan,  turut dimeriahkan oleh 13 delegasi baik dari dalam maupun luar negeri, dan akan berlangsung di dua tempat yakni Benteng Vastenburg dan Teater Besar ISI Solo.

Di perhelatan hari pertama, panggung Solo International Performing Arts (SIPA) 2014 yang telah purna, disulap kembali menjadi wadah seni, dengan tambahan display Tari Topeng Panji di kanan-kiri panggung. Ya, roman Panji memang sengaja dimunculkan kembali sebagai pengingat generasi muda tentang kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.

“Ini adalah kekayaan yang harus dilestarikan. Dari cerita Tari Topeng Panji, telah berkembang bermacam-macam ide kesenian,” jelas Ketua Penyelenggara Indonesia International Mask Festival, Irawati Kusumorasri. Kisah Panji yang bermula dari abad ke-12 di Jawa Timur tersebut sudah menyebar ke segala pelosok Nusantara, bahkan hingga Semenanjung Melayu, Malaysia, Muangthai, Myanmar, dan Filipina. “Dari festival ini diharapkan agar masyarakat lebih mengenal kebudayaannya. Acara ini akan dikemas menjadi daya tarik baru,” tuturnya.

Sementara dalam kata sambutannya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Desain, Media dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Waluyo, mengatakan bahwa dengan adanya IIMF diharapkan menjadi promosi karya seni dan budaya, agar diapresiasi masyarakat luas.