Gara-Gara Musicart, Taman Budaya Jawa Tengah Disulap Jadi Ruang Pamer

895
music art-prev__

music art-post__

Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS Solo pada Jumat-Sabtu (10-11/10/2014) lalu, menyelenggarakan eksibisi dengan tajuk “Musicart”. Acara yang diarsiteki oleh mahasiswa DKV angkatan 2012 ini, menjadikan Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) sebagai ruang pamer.

Terdapat kurang lebih 50 karya yang ditampilkan. Kesemuanya merupakan hasil olahan tangan dari tujuh kelompok yang terlibat. Seperti namanya, pameran tersebut memvisualkan musik ke dalam beberapa karya seni rupa. Tidak hanya seni desain gfafis saja yang ditampilkan, beberapa karya manual pun dipertontonkan. Bahkan, seni instalasi juga dibuat untuk memperkuat suasana.

Ruang pameran ditata sedemikian rupa dengan menggunakan sekat-sekat. Pembatas tersebut berfungsi sebagai pembeda lokasi antara ruang satu dengan lainnya. Di masing-masing ruang, terdapat beragam karya yang disesuaikan dengan aliran musik di area itu. Ada tujuh area genre musik di tempat itu, yaitu gamelan, keroncong, blues, rock, pop, dangdut, dan techno. Sehingga ketika memasukinya, pengunjung seolah diajak jalan-jalan dalam sebuah museum musik

music art tbjt 2_

Kedatangan pengunjung disambut dengan satu set gamelan, yang diletakkan tak jauh dari pintu masuk. Di area kedua, dipajang beberapa foto para seniman keroncong yang berpengaruh di Indonesia, lengkap dengan profil serta lagu-lagu hits mereka. Foto-foto dari nama besar seperti Gesang, Waljinah, Anjar Any, dan lainnya, dihias dengan ornamen kain jarit yang dibentangkan di bawahnya. Tak ketinggalan, beberapa seni instalasi dibuat dengan menonjolkan alat-alat musik khas keroncong.

Area ketiga adalah blues. Terdapat siluet bapak blues dunia, B.B. King, yang sedang memainkan gitar, dipadukan dengan nirmana di bagian background-nya. Ada satu karya menarik di bagian ini, yakni pemberian efek rambut yang dibuat menggunakan pita kaset, pada karikatur John Mayer. Sedangkan di area rock, ada seni instalasi yang cukup menyimbolkan identitas musik tersebut: kemarahan, amplifier, alkohol, dan raungan gitar.

Menurut keterangan Ketua Panitia Musicart, Abi Ghifar Rapanza, penyelenggaraan itu merupakan agenda rutin mahasiswa DKV. “Jadi lazimnya, setiap angkatan di tahun keduanya di DKV, selalu membuat pameran,” terangnya. Lanjut Abi, tema tersebut dipilih karena musik adalah satu kesatuan dengan kehidupan. “Dan juga musik harus diapresiasi, terutama musik tradisional yang belakangan peminatnya mulai berkurang,” urainya.