Fakta tentang Tulus: Ternyata Pernah Di-bully Semasa Kecil

1623

Soloevent.id – Siapa yang tidak kenal dengan Tulus? Solois pria yang lagi nge-hits ini telah mencuri hati penggemarnya lewat musik yang puitis dan sarat makna. Di balik karya-karyanya, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, ini memiliki banyak cerita menarik dalam hidupnya. Simak ulasannya berikut.

Masa Kecil yang Kurang Menyenangkan

Di balik kesuksesannya yang gilang gemilang sekarang ini, ternyata seorang Tulus pernah jadi korban bully. Saat duduk di bangku sekolah ia sering dijuluki gajah karena badannya yang besar. Namun, hal ini tidak menghambat dirinya dalam berkarya. Lewat lagu dan album Gajah, Tulus seolah curhat tentang kehidupannya. Album yang rilis tahun 2014 ini semakin mendongkrak popularitasnya sebagai penyanyi di jagad musik Indonesia.

“Kau temanku kau doakan aku

Punya akal cerdas aku harus tangguh

Bila jatuh gajah lain membantu

Tubuhmu disitu pasti rela jadi tamengku”

Selamatkan Gajah Sumatera Bareng Kampanye #TemanGajah

Selain menjadi penyanyi, Tulus ternyata juga punya kepedulian terhadap lingkungan, lo. Ia ikut ambil bagian untuk menyelamatkan gajah melalui gerakan #TemanGajah. Kampanye “Selamatkan Gajah Sumatera” kembali ia gelar untuk menyelamatkan kelangsungan hidup gajah-gajah Sumatera yang terancam perburuan liar. #TemanGajah yang dimulai pada 20 Oktober 2017 merupakan lanjutan dari kampanye #JanganBunuhGajah yang pernah digelar di tahun sebelumnya. Kampanye ini memiliki target dana Rp2 miliar yang bakal disalurkan untuk membeli satelit GPS supaya memudahkan pengawasan terhadap gajah-gajah di Sumatera.

Seorang Penulis

Saat diinterview oleh Bazaar, Tulus mengaku dirinya gemar bercerita serta berbagi pengetahuan dan ilmu. Pelantun lagu “Sewindu” ini kerap melontarkan pemikiran dan ide-idenya lewat tulisan di Tumblr pribadinya, palawija.tumblr.com. Selalu merasa cukup adalah alasan pria bernama asli Muhammad Tulus ini menggunakan kata palawija sebagai nama alamat di situs tersebut. Begitupun dalam bermusik, saat aransemen musik bikinannya sudah mewakili lirik yang ingin dia ceritakan, menurutnya itu sudah cukup dan membiarkan lagu-lagunya mengisi hari orang lain.

 

Penulis: Christina Kusuma

Foto: Reza Kurnia Darmawan