Cangwit Jadi Arena Pameran Foto-Foto Keren ISI Surakarta

1433
CANGWIT JADI ARENA PAJANG HASIL FOTO-FOTO KEREN

CANGWIT JADI ARENA PAJANG HASIL FOTO-FOTO KEREN

Malam itu, sisi sebelah selatan Cangwit Creative Space disulap jadi ruang pamer. 74 foto beragam tema, dipasang di papan-papan putih. Karya-karya tersebut merupakan tugas akhir semester 1 mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Fotografi Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Bertajuk Alphabet, acara tersebut berlangsung selama tiga hari, dari Jumat-Minggu (8-10/1/2016). Disesuaikan dengan semesternya, foto-foto yang dipamerkan tersebut diproduksi menggunakan teknik dasar pengambilan gambar. Dalam proses editing pun, peserta hanya diperkenankan memoles dari segi pencahayaan, kontras, dan lainnya.

Jenis-jenis foto yang disuguhkan bermacam-macam, antara lain landscape, portrait, macro, dan sebagainya. Salah satu peserta, Pratama Putra, menampilkan foto portrait berjudul “Terpaku Masa Lalu”. Pratama membidik seorang nenek sebagai obyek fotonya. Selain detail kerutan, sisi unik dari si nenek adalah gelungan rambut yang ditusuk dengan paku.

Beda halnya dengan Aji. Lewat foto macro “Butir-butir Air”, ia memvisualkan butiran air yang berada di dedaunan. Dua butiran air besar menjadi fokusnya, sementara butiran-butiran lainnya, dia perlihatkan secara blur. Karya foto macro lainnya ditampilkan oleh Lailatul Fitria. Kuncup bunga dijadikannya obyek karyanya yang berjudul “Keindahan yang Tersembunyi”.

CANGWIT JADI ARENA PAJANG HASIL FOTO-FOTO KEREN

Lewat pameran foto Alphabet, mahasiswa angkatan 2015 Prodi Fotografi ISI Surakarta ingin menunjukkan kesatuan dalam keberagaman. “Analoginya dari alfabet. Hurufnya bermacam-macam, tapi mereka jadi kesatuan. Sama seperti kami. Foto yang ditampilkan di sini beda-beda teknik dan jenisnya, tapi tetap dalam kesatuan,” tutur Ketua Pelaksana Alphabet, Mahendra Bayu, saat ditemui di sela pameran, Minggu (10/1/2016).

Proses pengambilan gambar dilakukan sejak empat bulan yang lalu. Lokasinya pemotretan tak hanya Solo. Beberapa foto ada yang diproduksi di luar kota. Setiap satu mahasiswa wajib menyetor 36 karya. Foto-foto itu kemudian diseleksi, dan dipilih dua terbaik untuk ditampilkan di pameran. “Karya-karya ini dinilai oleh dosen kami,” tutur Mahendra.

Selain pameran foto, acara ini juga dimeriahkan oleh seminar fotografi bertema “Human Interest & Landscape” serta beragam aksi band indie Kota Solo.