Busana-Busana Tiga Musim Dikemas Dalam Dominart 2016 (Bagian 1)

1204

edit-770-513

Soloevent.id – Desainer-desainer muda asal Solo dan beberapa kota di Jawa Tengah memamerkan karya-karyanya dalam ajang Dominart 2016, yang diselenggarakan di Pendhapa Taman Budaya Jawa Tengah, Sabtu (12/11/2016). Event ini digarap oleh mahasiswa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta angkatan 2015.

Para fashion desainer menginterpretasikan tema “Tri Mangsa” ke dalam balutan busana ready to wear dan art wear. Menurut Ketua Panita Dominart 2016 Ajeng Annisa Faradhila, “Tri Mangsa” terinspirasi dari kondisi iklim di Indonesia yang tidak menentu. “Di Indonesia sekarang lebih banyak didominasi musim pancaroba. Dari fenomena itu kami angkat pancaroba sebagai konsep awal acara,” tuturnya saat ditemui Soloevent.

Karya-karya bertema “Pancaroba” ditampilkan dalam bentuk art wear. Ajeng menerangkan, kostum art wear dibuat oleh mahasiswa Kriya Tekstil UNS. Art wear ditampilkan secara ekstrem dan imajinatif, baik dari segi busana maupun tata rias. “Kostum-kostum itu kami dapatkan dari penggalian ide. Setiap desainer punya ciri khasnya masing-masing,” bebernya.

Sedangkan sequence “Kemarau” dan “Penghujan” disuguhkan dalam bentuk ready to wear. Busana-busana berwarna cerah itu diwujudkan dalam pola dan motif nyentrik.

Selain mahasiswa Kriya Tekstil  UNS, desainer-desainer dari beberapa Fakultas Seni Rupa di Jawa Tengah juga turut men-submit karya. Mereka antara lain berasal dari ISI Surakarta, UNNES Semarang, UNY Yogyakarta, dan ISI Yogyakarta.

Ajeng menilai, karya-karya yang terlibat dalam Dominart 2016 lebih beragam. “Ada yang digital printing, tapresty, macramé, dan lainnya,” imbuh Ajeng. Karya-karya yang tampil terlebih dulu dikurasi oleh tim fashion show Dominart 2016.

Dekan FSRD UNS, Ahmad Adib, mengatakan, karya-karya yang dipertontonkan kepada khalayak ramai merupakan sebuah pembuktian bahwa karya akademisi tidak hanya dikonsumsi oleh kalangannya sendiri saja. “Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang penilaian, apakah karya-karya di sini layak hadir di masyarakat,” ungkapnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)