Anak-Anak Spesial Pentas Di Solo 24 Jam Menari

1171

SOLO-24-JAM-MENARI-2017

Soloevent.id – Delapan anak kecil berkostum putih membawakan Tari Kelinci di hadapan ratusan penonton Solo 24 Jam Menari 2017 di Pendhapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Sabtu (29/04/2017). Mereka terlihat lincah dan percaya diri. Setelah menari, anak-anak itu mendapat hadiah tepuk tangan meriah dari penonton.

Mereka adalah anak-anak spesial dari Sekolah Luar Biasa Autis YPALB Sroyo Karanganyar. Lewat tarian, mereka ingin membuktikan bahwa kekurangan bukan menjadi halangan untuk unjuk diri. “Alhamdulilah melihat respon penonton. Mereka seperti hanyut, seperti terbawa emosi. Saya lihat ada yang brebes mili juga. Ya mungkin melihat kekurangan anak-anak yang dengan semangat luar biasa ingin menunjukkan pada dunia, ‘Iki lho aku yo iso nari’,” ujar Guru Tari YPALB Sroyo, Dwi Yurowo, pada Soloevent.

Setelah berlatih sekian lama, Dwi tercetus untuk menampilkan bakat murid-muridnya. Ia kemudian mengikutkan murid-muridnya di Solo 24 Jam Menari 2017. Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa tari juga milik mereka yang berkebutuhan khusus.

Tampil menjadi pengisi acara Solo 24 Jam Menari merupakan pengalaman pertama bagi YPALB Sroyo. Namun, ini bukan kali pertama mereka pentas. Mereka pernah pentas di satu pusat perbelanjaan Karanganyar.

Seni tari menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan dua kali dalam seminggu. Dwi mengaku murid-muridnya bergairah sekali mengikuti mata pelajaran seni tari dibanding pelajaran lain yang perlu berpikir berat. Namun tentu, kesabaran sangat dibutuhkan saat mengajari mereka.

“Kami harus sabar. Sebenernya enak juga ketika mereka sedang konsen, maunya menari terus, disuruh berhenti tidak mau,” kata Dwi. Ia juga mengatakan, pengajaran seni tari juga mengikuti mood mereka. “Kalau pada males ya ndak jadi belajar, bahkan ada yang tiduran di bawah meja. Kami harus mengikuti kemauan mereka, tidak bisa memaksakan.” ujarnya diiringi tawa.

Total ada dua SLB yang pentas di Solo 24 Jam Menari 2017, yakni SLB Negeri Karanganyar dan YPALB Sroyo Karangnyar. “Dengan adanya Hari Tari Dunia ini, ke depannya kami berharap supaya masyarakat tidak memandang sebelah mata mereka. Kalau bisa diikutkan dalam event apa gitu,” tutup Dwi